Blogger Widgets PERKEMBANGAN KEAGAMAAN | RINI .alert { background: #DDE4FF; text-align: left; padding: 5px 5px 5px 5px; border-top: 1px dotted #223344;border-bottom: 1px dotted #223344;border-left: 1px dotted #223344;border-right: 1px dotted #223344;}

My Facebook

Facebook
Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 28 Februari 2014

PERKEMBANGAN KEAGAMAAN



Perkembangan   Keagamaan

Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling dekat dengan anak. Secara garis besar keluarga mempunyai fungsi sosial, ekonomi, fungsi edukatif dan fungsi religi. Bagi anak, keluarga merupakan suatu komunitas terkecil dimana dia dibesarkan dan belajar berperilaku. Keluarga juga merupakan lembaga primer yang tidak tergantikan. Sebuah keluarga sangat berperan dalam proses pengenalan anak pada masa awal perkembangannya sehingga perilaku, kepribadian dan sifat seorang anak tidak akan jauh dari perilaku, kepribadian dan sifat dari anggota keluarga yang lain, baik itu orang tua, saudara maupunorang-orang terdekatnya.Selain itu, keluarga khususnya orang tua memegang peranan yang cukup penting dalam usaha meningkatkan prestasi anak-anaknya. Keluarga atau orang tua adalah lingkungan yang pertama kali dikenal anak dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan diri setiap anak.
Tugas orang tua yang paling bermakna dan paling penting di dunia ini adalah menciptakan keturunan yang dapat dibanggakan bagi orang tua maupun agama dan bangsa dan tidak ada kebahagiaan yang paling abadi selain kebahagiaan melihat keberhasilan mendidik anak. Hal ini merupakan pekerjaan yang membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran yang berlangsung sepanjang hidup manusia.Peran keluarga sangat berpengaruh bagi perkembangan fisik maupun psikis anak, maka tidak mengherankan jika permasalahan yang terjadi seperti tindak kriminal, narkoba serta permasalahan-permasalahan di sekolah maupun di masyarakat umum dapat terjadi akibat kekecewaan anak terhadap keluarga. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
1.    kesalahan pola asuh dalam keluarga yang cenderung mengarah pada pola asuh permisif. Perkembangan jiwa keagamaan anak yang mendapat perhatian dan monitoring yang kurang baik.
2.    tidak adanya sistem modeling dari orang tua bagi anakanaknya padahal sebagai peribadi yang sedang berkembang, mereka sangat membutuhkan figur yang dapat dijadikan panutan dalam pola pikir, sikap dan perilakunya.
3.    pola komunikasi yang tidak terjalin dengan baik dalam keluarga sehingga berbagai kepentingan tidak bisa dipertemukan.

Solusi pemecahan masalah dalam mengatasi kurangnya kesadaran  keluarga dalam dalam perkembangan jiwa keagamaan anak yaitu sebagai berikut :
1.    Memberikan pengertian dan  pemahanman kepada masyarakat tentang cara- cara menanamkan nilai-nilai agama pada anak sejak dini, yaitu sejak anak masih ada dalam kandungan. Hal demikian dimaksudkan agar nilai- nilai agama tertanam dalam diri anak sejak awal masa pertumbuhannya.
2.    Memberikan motivasi kepada masyarakat yang berkeluarga dan para remaja- remaja/ anak- anak untuk dapat dan mau menyekolahkan anak-anaknya dan disekolahkan di lembaga pendidikan yang bernafaskan Islam dengan harapan agar nantinya dapat berpikir, bersikap dan berperilaku yang islami.
3.    Melakukan pendampingan dan bimbingan pada setiap aktivitas anak agar jiwa agama dapat tumbuh dengan baik. Dengan demikian, diharapkan anak akan tumbuh menjadi pribadi yang matang, baik secara fisik maupun psikis.
Fungsi dan Pengaruh dari Pembinaan Agama terhadap Peserta Didik
1.        Mereka akan mempunyai loyalitas tinggi dalam mengabdikan diri kepada Tuhan dengan indikasi-indikasi lahiriah berupa tingkah laku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan.
2.        Mampu menerapkan nilai-nilai agama dalam kegiatan bermasyarakat, seperti berakhlak mulia dalam pergaulan, disiplin dalam menjalankan norma-norma agama dalam kaitannya dengan orang lain.
3.        Mampu mengelola dan memelihara, serta menyesuaikan diri dengan alam sekitar, apakah akan merusak lingkungan hidup atau sebaliknya mampu mengubah lingkungan hidup sekitar menjadi bermakna bagi kehidupan diri dan masyarakat.
4.        Mempunyai pandangan yang tepat dalam memandang dirinya sendiri sebagai orang yang beriman dan yang harus hidup menghadapi kenyataan dalam masyarakat yang beraneka ragam budaya, suku, dan agama.
5.        Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama  agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat di manfa’atkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
6.        Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
Timbulnya Jiwa Keagamaan terhadap Peserta Didik
Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap lebih-lebih pada usia dini. Sesuai dengan prinsip pertumbuhannya maka seorang anak menjadi dewasa memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya, yaitu :
1.    Prinsip Biologis
Secara fisik anak yang baru dilahirkan dalam keadaan lemah. Dalam segala gerak dan tindak tanduknya ia selalu memerlukan bantuan dari orang-orang dewasa sekelilingnya. Dengan kata lain ia belum dapat berdiri sendiri karena manusia bukanlah merupakan makhluk instinktif. Keadaan tubuhnya belum tumbuh secara sempurna untuk difungsikan secara maksimal.
2.    Prinsip tanpa daya
Sejalan dengan belum sempurnanya pertumbuhan fisik dan psikisnya maka anak yang baru dilahirkan hingga menginjak usia dewasa selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya. Ia sama sekali tidak berdaya untuk mengurus dirinya sendiri.
3.    Prinsip Eksplorasi
Kemantapan dan kesempurnaan perkembangan potensi manusia yang dibawanya sejak lahir baik jasmani maupun rohani memerlukan pengembangan melalui pemeliharaan dan latihan. Jasmaninya baru akan berfungsi secara sempurna jika dipelihara dan dilatih. Akal dan fungsi mental lainnya pun baru akan menjadi baik dan berfungsi jika kematangan dan pemeliharaan serta bimbingan dapat diarahkan kepada pengeksplorasian perkembangannya. Kesemuanya itu tidak dapat dipenuhi secara sekaligus melainkan melalui pentahapan. Demikian juga perkembangan agama pada diri anak.

Menurut beberapa ahli anak dilahirkan bukanlah sebagai makhluk yang religious. Adapula yang berpendapat sebaliknya bahwa anak sejak dilahirkan telah membawa fitrah keagamaan. Fitrah itu baru berfungsi di kemudian hari melalui proses bimbingan dan latihan setelah berada pada tahap kematangan.Masalah tersebut marilah kita kemukakan beberapa teori mengenai pertumbuhan agama pada anak itu antara lain :
1.    Rasa ketergantungan (Sense of Depende)
Teori ini dikemukakan oleh Thomas melalui teori Four Wishes. Menurutnya manusia dilahirkan ke dunia ini memiliki empat keinginan yaitu : keinginan untuk perlindungan (security), keinginan akan pengalaman baru (new experience), keinginan untuk mendapat tanggapan (response) dan keinginan untuk dikenal (recognition). Berdasarkan kenyataan dan kerjasama dari keempat keinginan itu, maka bayi sejak dilahirkan hidup dalam ketergantungan. Melalui pengalaman-pengalaman yang diterimanya dari lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa keagamaan pada diri anak.
2.    Instink Keagamaan
Menurut Woodworth, bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink di antaranya instink keagamaan. Belum terlihat tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya instink itu belum sempurna. Misalnya instink social pada anak sebagai potensi bawaannya sebagai makhluk homo socius, baru berfungsi setgelah naka dapat bergaul dan berkembang untuk berkomunikasi. Jadi instink social itu tergantung dari kematangan fungsi lainnya. Demikian pula instink keagamaan.