Keluarga merupakan
lembaga sosial yang paling dekat dengan anak. Secara garis besar keluarga
mempunyai fungsi sosial, ekonomi, fungsi edukatif dan fungsi religi. Bagi anak,
keluarga merupakan suatu komunitas terkecil dimana dia dibesarkan dan belajar
berperilaku. Keluarga juga merupakan lembaga primer yang tidak tergantikan.
Sebuah keluarga sangat berperan dalam proses pengenalan anak pada masa awal
perkembangannya sehingga perilaku, kepribadian dan sifat seorang anak tidak akan
jauh dari perilaku, kepribadian dan sifat dari anggota keluarga yang lain, baik
itu orang tua, saudara maupunorang-orang terdekatnya.Selain itu, keluarga
khususnya orang tua memegang peranan yang cukup penting dalam usaha
meningkatkan prestasi anak-anaknya. Keluarga atau orang tua adalah lingkungan
yang pertama kali dikenal anak dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan diri
setiap anak.
Tugas orang tua yang paling bermakna dan paling penting di dunia ini adalah menciptakan keturunan yang dapat dibanggakan bagi orang tua maupun agama dan bangsa dan tidak ada kebahagiaan yang paling abadi selain kebahagiaan melihat keberhasilan mendidik anak. Hal ini merupakan pekerjaan yang membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran yang berlangsung sepanjang hidup manusia.Peran keluarga sangat berpengaruh bagi perkembangan fisik maupun psikis anak, maka tidak mengherankan jika permasalahan yang terjadi seperti tindak kriminal, narkoba serta permasalahan-permasalahan di sekolah maupun di masyarakat umum dapat terjadi akibat kekecewaan anak terhadap keluarga. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
Tugas orang tua yang paling bermakna dan paling penting di dunia ini adalah menciptakan keturunan yang dapat dibanggakan bagi orang tua maupun agama dan bangsa dan tidak ada kebahagiaan yang paling abadi selain kebahagiaan melihat keberhasilan mendidik anak. Hal ini merupakan pekerjaan yang membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran yang berlangsung sepanjang hidup manusia.Peran keluarga sangat berpengaruh bagi perkembangan fisik maupun psikis anak, maka tidak mengherankan jika permasalahan yang terjadi seperti tindak kriminal, narkoba serta permasalahan-permasalahan di sekolah maupun di masyarakat umum dapat terjadi akibat kekecewaan anak terhadap keluarga. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
1.
kesalahan pola asuh
dalam keluarga yang cenderung mengarah pada pola asuh permisif. Perkembangan
jiwa keagamaan anak yang mendapat perhatian dan monitoring yang kurang baik.
2.
tidak adanya sistem
modeling dari orang tua bagi anakanaknya padahal sebagai peribadi yang sedang
berkembang, mereka sangat membutuhkan figur yang dapat dijadikan panutan dalam
pola pikir, sikap dan perilakunya.
3.
pola komunikasi yang
tidak terjalin dengan baik dalam keluarga sehingga berbagai kepentingan tidak
bisa dipertemukan.
Solusi pemecahan
masalah dalam mengatasi kurangnya kesadaran
keluarga dalam dalam perkembangan jiwa keagamaan anak yaitu sebagai
berikut :
1.
Memberikan
pengertian dan pemahanman kepada
masyarakat tentang cara- cara menanamkan nilai-nilai agama pada anak sejak
dini, yaitu sejak anak masih ada dalam kandungan. Hal demikian dimaksudkan agar
nilai- nilai agama tertanam dalam diri anak sejak awal masa pertumbuhannya.
2.
Memberikan motivasi
kepada masyarakat yang berkeluarga dan para remaja- remaja/ anak- anak untuk
dapat dan mau menyekolahkan anak-anaknya dan disekolahkan di lembaga pendidikan
yang bernafaskan Islam dengan harapan agar nantinya dapat berpikir, bersikap
dan berperilaku yang islami.
3.
Melakukan
pendampingan dan bimbingan pada setiap aktivitas anak agar jiwa agama dapat
tumbuh dengan baik. Dengan demikian, diharapkan anak akan tumbuh menjadi
pribadi yang matang, baik secara fisik maupun psikis.
Fungsi
dan Pengaruh dari Pembinaan Agama terhadap Peserta Didik
1.
Mereka
akan mempunyai loyalitas tinggi dalam mengabdikan diri kepada Tuhan dengan
indikasi-indikasi lahiriah berupa tingkah laku yang mencerminkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan.
2.
Mampu
menerapkan nilai-nilai agama dalam kegiatan bermasyarakat, seperti berakhlak
mulia dalam pergaulan, disiplin dalam menjalankan norma-norma agama dalam
kaitannya dengan orang lain.
3.
Mampu
mengelola dan memelihara, serta menyesuaikan diri dengan alam sekitar, apakah
akan merusak lingkungan hidup atau sebaliknya mampu mengubah lingkungan hidup
sekitar menjadi bermakna bagi kehidupan diri dan masyarakat.
4.
Mempunyai
pandangan yang tepat dalam memandang dirinya sendiri sebagai orang yang beriman
dan yang harus hidup menghadapi kenyataan dalam masyarakat yang beraneka ragam
budaya, suku, dan agama.
5.
Penyaluran
yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang
agama agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat di manfa’atkan untuk dirinya sendiri
dan bagi orang lain.
6.
Perbaikan
yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan
kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari.
Timbulnya Jiwa Keagamaan terhadap Peserta Didik
Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis. Walaupun dalam
keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten.
Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan
yang mantap lebih-lebih pada usia dini. Sesuai dengan
prinsip pertumbuhannya maka seorang anak menjadi dewasa memerlukan bimbingan
sesuai dengan prinsip yang dimilikinya, yaitu :
1. Prinsip Biologis
Secara fisik anak yang
baru dilahirkan dalam keadaan lemah. Dalam segala gerak dan tindak tanduknya ia
selalu memerlukan bantuan dari orang-orang dewasa sekelilingnya. Dengan kata
lain ia belum dapat berdiri sendiri karena manusia bukanlah merupakan makhluk
instinktif. Keadaan tubuhnya belum tumbuh secara sempurna untuk difungsikan
secara maksimal.
2. Prinsip tanpa daya
Sejalan dengan belum
sempurnanya pertumbuhan fisik dan psikisnya maka anak yang baru dilahirkan
hingga menginjak usia dewasa selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya. Ia
sama sekali tidak berdaya untuk mengurus dirinya sendiri.
3. Prinsip Eksplorasi
Kemantapan dan
kesempurnaan perkembangan potensi manusia yang dibawanya sejak lahir baik
jasmani maupun rohani memerlukan pengembangan melalui pemeliharaan dan latihan.
Jasmaninya baru akan berfungsi secara sempurna jika dipelihara dan dilatih.
Akal dan fungsi mental lainnya pun baru akan menjadi baik dan berfungsi jika
kematangan dan pemeliharaan serta bimbingan dapat diarahkan kepada
pengeksplorasian perkembangannya. Kesemuanya itu
tidak dapat dipenuhi secara sekaligus melainkan melalui pentahapan. Demikian
juga perkembangan agama pada diri anak.
Menurut beberapa ahli anak dilahirkan bukanlah sebagai makhluk yang
religious. Adapula yang berpendapat sebaliknya bahwa anak sejak dilahirkan
telah membawa fitrah keagamaan. Fitrah itu baru berfungsi di kemudian hari
melalui proses bimbingan dan latihan setelah berada pada tahap
kematangan.Masalah tersebut marilah kita kemukakan beberapa teori mengenai
pertumbuhan agama pada anak itu antara lain :
1. Rasa ketergantungan (Sense of Depende)
Teori ini dikemukakan
oleh Thomas melalui teori Four Wishes. Menurutnya manusia dilahirkan ke dunia
ini memiliki empat keinginan yaitu : keinginan untuk perlindungan (security),
keinginan akan pengalaman baru (new experience), keinginan untuk mendapat
tanggapan (response) dan keinginan untuk dikenal (recognition). Berdasarkan
kenyataan dan kerjasama dari keempat keinginan itu, maka bayi sejak dilahirkan
hidup dalam ketergantungan. Melalui pengalaman-pengalaman yang diterimanya dari
lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa keagamaan pada diri anak.
2. Instink Keagamaan
Menurut Woodworth, bayi
yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink di antaranya instink keagamaan.
Belum terlihat tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi kejiwaan
yang menopang kematangan berfungsinya instink itu belum sempurna. Misalnya
instink social pada anak sebagai potensi bawaannya sebagai makhluk homo socius,
baru berfungsi setgelah naka dapat bergaul dan berkembang untuk berkomunikasi.
Jadi instink social itu tergantung dari kematangan fungsi lainnya. Demikian
pula instink keagamaan.