Masa remaja merupakan transisi dari
masa kanak-kanak menuju masa dewasa, masa setengah baya dan masa tua. Dimana
pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.
Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai
kesulitan. Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase
dengan berbagai tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui
tugas-tugas perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh
remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah
persepsi dalam menangani permasalahan tersebut.Pada masa ini juga kondisi
psikis remaja sangat labil. Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri.
Biasanya mereka selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau
diketahuinya dari lingkungan sekitarnya, mulai lingkungan keluarga, sekolah,
teman sepermainan dan masyarakat. Semua pengetahuan yang baru diketahuinya baik
yang bersifat positif maupun negatif akan diterima dan ditanggapi oleh remaja
sesuai dengan kepribadian masing-masing. Remaja dituntut untuk menentukan untuk
membedakan yang terbaik dan yang buruk dalam kehidupannya.Disinilah peran lingkungan sekitar sangat diperlukan
untuk membentuk kepribadian seorang remaja. Sebelum menentukan hal yang berpengaruh
dalam pembentukan kepribadian hendaknya kita pelajari dahulu tugas perkembangan
remaja dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kami membahas mengenai perkembangan
remaja.
2.1 Pengertian
Pertumbuhan dan Perkembangan
Dalam kehidupan manusia terdapat dua
proses kejiwaan yang terjadi, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pada umumnya,
istilah pertumbuhan dan perkembangan digunakan secara bergantian. Padahal,
kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung
satu sama lain. Kedua proses itu tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan
untuk memperjelas penggunaannya.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
fisik secara kuantitatif yang menyangkut ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil proses pematangan fungsi
dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat pula diartikan sebagai
proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah)
yang herediter dalam bentuk proses aktif berkesinambungan.
Adapun istilah perkembangan adalah
sebagai berikut. Menurut Warner (1957), perkembangan sesuai dengan prinsip
arthogenetis, yaitu perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang
berdiferensiasi sampai pada keadaan diferensiasi, artikulasi, dan integrasi
meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi itu bersifat totalitas pada diri
anak, bahwa bagian-bagian penghayatan totalitas itu lambat laun semakin nyata
dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Spiker (1966) mengemukakan dua macam
pengertian yang harus dihubungkan dengan perkembangan. Yang pertama adalah
Ortogenetik, Ortogenetik Yaitu hal-hal yang berhubungan dengan
perkembangan sejak terbentuknya individu baru sampai dewasa. Yang kedua adalah Foligenetik
Yaitu perkembangan dari asal-usul manusia sampai sekarang ini. Perkembangan
perubahan fungsi sepanjang masa hidupnya menyebabkan perubahan tingkah laku dan
perubahan ini terjadi sejak permulaan adanya manusia. Jadi, perkembangan
orthogenetik mengarah pada suatu tujuan khusus sejalan dengan proses
perkembangan evolusi yang selalu mengarah pada kesempurnaan manusia.
Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan yang kurang normal pada organisme
1. Faktor sebelum lahir, seperti
peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin (janin terkena virus, keracunan
sewaktu bayi dalam kandungan), terkena infeksi oleh bakteri siphilis, TBC,
kolera, tifus, gondok, sakit gula, dan lain-lain.
2. Faktor pada saat kelahiran, seperti pendarahan
pada bagian kepala bayi yang disebabkan tekanan dari dinding rahim ibu sewaktu
ia dilahirkan dan efek susunan syaraf pusat karena proses kelahiran bayi
dilakukan dengan bantuan tang ( tangver-lossing ).
3. Faktor yang dialami bayi sesudah lahir,
seperti pengalaman traumatik pada kepala, kepala bagian dalam terluka karena
kepala janin terpukul, atau mengalami serangan sinar matahari ( zonnestiek ).
Infeksi pada otak atau selaput otak, misalnya penyakit cerebral meningitis ,
gabag, malaria tropika, dipteria, dan lain- lain.
4. Faktor fisiologis, misalnya bayi atau
anak yang ditinggal ibu, ayah atau kedua orangtuanya cenderung akan mengalami
gangguan fisiologis
2.2 Pertumbuhan
Fisik Remaja
Perubahan fisik adalah perubahan yang
berlangsung secara fisik dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja.
Perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh,
munculnya ciri-ciri kelamin primer dan sekunder. Penyebab perubahan fisik pada
remaja adalah adanya dua kelenjar yang menjadi aktif bekerja dalam sistem
endoktrin. Kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak mengeluarkan dua
macam hormon yang erat hubungannya dengan perubahan masa remaja.
Kedua hormon itu adalah hormon
pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh dan hormon
gonadotropik atau sering disebut hormon yang merangsang gonad agar mulai aktif
bekerja. Tidak berapa lama sebelum saat remaja dimulai, kedua hormon ini sudah
mulai diproduksi dan pada saat remaja semakin banyak dihasilkan. Seluruh proses
ini dikendalikan oleh perubahan yang terjadi dalam kelenjar endokrin. Kelenjar
ini diaktifkan oleh rangsangan yang dilakukan kelenjar hypothalamus, yaitu
kelenjar yang dikenal sebagai kelenjar untuk merangsang pertumbuhan pada saat
remaja dan terletak di otak.
Selama masa remaja seluruh tubuh
mengalami perubahan, baik dibagian luar maupun bagian dalam tubuh, baik dalam
struktur tubuh maupun dalam fungsinya. Hampir semua perubahan mengikuti waktu
yang dapat diperkirakan sebelumnya. Apabila sistem endokrin berfungsi normal,
ukuran tubuh akan normal pula. Sebaliknya juga, kekurangan hormone pertumbuhan
akan menyebabkan kerdil, sedangkan kelebihan hormon pertumbuhan akan
menyebabkan ukuran tubuh terlalu besar sehingga tidak sesuai dengan anak
sebayanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan fisik adalah sebagai berikut.
1.
Pengaruh
keluarga.
2.
Pengaruh
gizi.
3.
Gangguan
emosional.
4.
Jenis
kelamin.
5.
Status
sosial ekonomi.
6.
Kesehatan.
7.
Pengaruh
bentuk tubuh.
2.3 Perkembangan
Sosial Pada Remaja
Menurut (Dr.H.Syamsu Yusuf LN.,
M.Pd.:122) Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi; melebur
diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Pada masa
remaja,
anak mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan. Pergaulan
sesama teman lawan jenis dirasakan sangat penting, tetapi cukup sulit, karena
di samping harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja juga terselip
pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup
Kehidupan
sosial remaja ditandai
dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Remaja sering mengalami
sikap hubungan sosial yang tertuutup
sehubungan dengan masalah yang dialaminya. Menurut
“Erick Erison” Bahwa masa remaja terjadi masa krisis, masa pencarian jati
diri. Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh
sosiokultural. Sedangkan menurut Freud, Kehidupan sosial remaja didorong
oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual.
Pergaulan
remaja banyak
diwujudkan dalam bentuk kelompok – kelompok, baik kelompok besar maupun
kelompok kecil. Perkembangan sosial
manusia dipengaruhi oleh bebrapa faktor diantaranya : keluarga,kematangan
anak,status sosial ekonomi keluarga,tingkat pendidikan,dan kemampuan mental
terutama emosi dan intelegensi.
Remaja mulai memperhatikan berbagai
nilai dan norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku di
keluarganya. Ia mulai memahami nilai dan norma pergaulan dalam kelompok remaja,
kelompok anak-anak, kolompok orang dewasa, dan kelompok orangtua. Pergaulan
dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan sangat penting, tetapi tidak mudah
untuk dilakukan. Kehidupan sosial pada jenjang usia remaja ditandai oleh
menonjolnya fungsi intelektual dan emosional.
Perkembangan Sosial dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain keluarga, status sosial ekonomi keluarga, tingkat
pendidikan, dan kemampuan mental, terutama emosi dan intelegensi.
a.
Faktor
keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan pertama dan utama yang memberikan banyak pengaruh terhadap
berbagai aspek perkembangan sosial anak. Keluarga merupakan media sosialisasi
yang paling efektif bagi anak. Dalam keluarga berlaku nilai dan norma kehidupan
yang harus diikuti dan dipatuhi oleh anak. Sikap orangtua yang terlalu
mengekang dan membatasi pergaulan akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial
bagi anak-anaknya.Sebaliknya, sikap orangtua yang terlalu memberikan kebebasan
bergaul pada anak- anaknya menyebabkan perkembangan sosial anak- anaknya
cenderung tidak terkendali.
b.
Kematangan
Proses
sosialisasi tentu saja memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk memberi
dan menerima pandangan atau pendapat orang lain diperlukan kematangan
intelektual dan emosional. Selain itu, kematangan mental dan kemampuan
berbahasa ikut pula menentukan keberhasilan seseorang dalam berhubungan sosial.
c.
Status
sosial ekonomi
Kehidupan
sosial dipengaruhi pula oleh kondisi atau status sosial ekonomi keluarga.
Masyarakat akan memandang seorang anak dalam konteksnya yang utuh dengan
keluarga anak itu. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan memperlihatkan
kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.Ia akan menjaga status
sosial dan ekonomi keluarganya. Hal itu mengakibatkan anak akan menempatkan
dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Kondisi demikian bisa
berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi terisolasi dari kelompoknya. Akibat
lain yang mungkin terjadi, anak- anak dari keluarga kaya akan membentuk
kelompok elit dengan nilai dan norma sendiri.
d.
Pendidikan
Pendidikan
merupakan media sosialisasi yang terarah bagi anak. Sebagai proses pengoperan
ilmu yang normatif, pendidikan akan memberi warna terhadap kehidupan sosial
anak dimasa yang akan datang. Pendidikan moral diajarkan secara terpogram
dengan tujuan untuk membentuk kepribadian anak agar mereka memiliki tanggung
jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Oleh
karena itu, siswa bukan saja dikenalkan
dan ditanamkan nilai dan norma keluarga dan masyarakat, tetapi ditanamkan juga
nilai dan norma kehidupan bangsa dan negara.
e.
Kapasitas
mental: emosidan intelegensi
Kapasitas
emosi dan kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar, memecahkan masalah, berbahasa, dan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan dan kehidupan di masyarakat. Perkembangan emosi dan intelegensi
berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan
intelektual tinggi dan memiliki emosi yang stabil akan mampu memecahkan
berbagai permasalahan hidupnya di masyarakat. Oleh karena itu, kemampuan
intelektual yang tinggi, pengendalian emosional secara
seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap
saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam
kehidupan sosial dan ini akan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual
tinggi.
Perkembangan
Bahasa Pada Remaja
Bahasa merupakan untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
Penggunaan aspek kebahasaan dalam proses pembelajaran sering berhubungan satu
sama lainnya. Menyimak dan membaca erat hubungan dalam hal bahwa keduanya
merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat hubungan
dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk mengekspresikan makna (Tarigan,
1986:10).
Perkembangan
bahasa seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini.
1.
Faktor
umur
2.
Faktor
kondisi lingkungan
3.
Faktor
kecerdasan
4.
Status
sosial ekonomi keluarga
5.
Faktor
kondisi fisik
Tingkat kemampuan berpikir sangat
berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa. Demikian pula sebaliknya. Orang yang
kemampuan berpikirnya rendah akan mengalami kesulitan dalam menyusun kata-kata
atau kalimat yang baik, logis, dan sistematis. Hal ini tentu saja akan
menyulitkan mereka dalam berkomunikasi. Orang menyampaikan ide atau gagasannya
menggunakan bahasa. Demikian pula menangkap ide atau gagasan orang lain
dilakukan melalui bahasa.
Menyampaikan dan menangkap makna ide dan
gagasan merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti
bahasa akan berakibat kekaburan persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut
adalah hasil proses berpikir menjadi tidak tepat. Ketidaktepatan ini
diakibatkan oleh kekurangan dalam berbahasa.
Perkembangan
Emosi Pada Remaja
Menurut
Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan “ setiap keadaan pada
diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal)
maupun pada tingkat yang luas (mendalam), (dalam Syamsu Yusuf 2011: 115).
Menurut James & Lange, bahwa emosi
itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya
menangis itu karena sedih, tertawa itu karena gembira. Sedangkan menurut
Lindsley bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari
susunan syaraf terutama otak, misalnya apabila individu mengalami frustasi,
susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar
tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan
emosi.
Jadi, emosi adalah ungkapan/luapan
perasaan yang timbul karena adanya stimulus dari dalam diri maupun dari
luar/lingkungan seperti marah, senang, sedih dan lain-lain.
Sejumlah penelitian tentang emosi
menunjukkan bahwa perkembangan emosi remaja sangat dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960:266). Kegiatan belajar turut
menunjang perkembangan emosi remaja. Metode belajar yang menunjang perkembangan
emosi antara lain sebagai berikut.
1.
Belajar
dengan coba-coba
2.
Belajar
dengan cara meniru
3.
Belajar
dengan cara mempersamakan diri
4.
Belajar
melalui pengondisian
5.
Belajar
di bawah bimbingan dan pengawasan