Blogger Widgets PERKEMBANGAN REMAJA | RINI .alert { background: #DDE4FF; text-align: left; padding: 5px 5px 5px 5px; border-top: 1px dotted #223344;border-bottom: 1px dotted #223344;border-left: 1px dotted #223344;border-right: 1px dotted #223344;}

My Facebook

Facebook
Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 28 Februari 2014

PERKEMBANGAN REMAJA



PERKEMBANGAN REMAJA

Masa remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, masa setengah baya dan masa tua. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis. Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai kesulitan. Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan tersebut.Pada masa ini juga kondisi psikis remaja sangat labil. Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau diketahuinya dari lingkungan sekitarnya, mulai lingkungan keluarga, sekolah, teman sepermainan dan masyarakat. Semua pengetahuan yang baru diketahuinya baik yang bersifat positif maupun negatif akan diterima dan ditanggapi oleh remaja sesuai dengan kepribadian masing-masing. Remaja dituntut untuk menentukan untuk membedakan yang terbaik dan yang buruk dalam kehidupannya.Disinilah peran lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk membentuk kepribadian seorang remaja. Sebelum menentukan hal yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian hendaknya kita pelajari dahulu tugas perkembangan remaja dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kami membahas mengenai perkembangan remaja.
2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
     Dalam kehidupan manusia terdapat dua proses kejiwaan yang terjadi, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pada umumnya, istilah pertumbuhan dan perkembangan digunakan secara bergantian. Padahal, kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses itu tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan untuk memperjelas penggunaannya.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan fisik secara kuantitatif yang menyangkut ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil proses pematangan fungsi dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat pula diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif berkesinambungan.
Adapun istilah perkembangan adalah sebagai berikut. Menurut Warner (1957), perkembangan sesuai dengan prinsip arthogenetis, yaitu perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai pada keadaan diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi itu bersifat totalitas pada diri anak, bahwa bagian-bagian penghayatan totalitas itu lambat laun semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Spiker (1966) mengemukakan dua macam pengertian yang harus dihubungkan dengan perkembangan. Yang pertama adalah Ortogenetik, Ortogenetik Yaitu hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu baru sampai dewasa. Yang kedua adalah Foligenetik Yaitu perkembangan dari asal-usul manusia sampai sekarang ini. Perkembangan perubahan fungsi sepanjang masa hidupnya menyebabkan perubahan tingkah laku dan perubahan ini terjadi sejak permulaan adanya manusia. Jadi, perkembangan orthogenetik mengarah pada suatu tujuan khusus sejalan dengan proses perkembangan evolusi yang selalu mengarah pada kesempurnaan manusia.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang kurang normal pada organisme
1. Faktor sebelum lahir, seperti peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin (janin terkena virus, keracunan sewaktu bayi dalam kandungan), terkena infeksi oleh bakteri siphilis, TBC, kolera, tifus, gondok, sakit gula, dan lain-lain.
2.  Faktor pada saat kelahiran, seperti pendarahan pada bagian kepala bayi yang disebabkan tekanan dari dinding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan dan efek susunan syaraf pusat karena proses kelahiran bayi dilakukan dengan bantuan tang ( tangver-lossing ).
3.  Faktor yang dialami bayi sesudah lahir, seperti pengalaman traumatik pada kepala, kepala bagian dalam terluka karena kepala janin terpukul, atau mengalami serangan sinar matahari ( zonnestiek ). Infeksi pada otak atau selaput otak, misalnya penyakit cerebral meningitis , gabag, malaria tropika, dipteria, dan lain- lain.
4. Faktor fisiologis, misalnya bayi atau anak yang ditinggal ibu, ayah atau kedua orangtuanya cenderung akan mengalami gangguan fisiologis

2.2 Pertumbuhan Fisik Remaja
Perubahan fisik adalah perubahan yang berlangsung secara fisik dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin primer dan sekunder. Penyebab perubahan fisik pada remaja adalah adanya dua kelenjar yang menjadi aktif bekerja dalam sistem endoktrin. Kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak mengeluarkan dua macam hormon yang erat hubungannya dengan perubahan masa remaja.
Kedua hormon itu adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh dan hormon gonadotropik atau sering disebut hormon yang merangsang gonad agar mulai aktif bekerja. Tidak berapa lama sebelum saat remaja dimulai, kedua hormon ini sudah mulai diproduksi dan pada saat remaja semakin banyak dihasilkan. Seluruh proses ini dikendalikan oleh perubahan yang terjadi dalam kelenjar endokrin. Kelenjar ini diaktifkan oleh rangsangan yang dilakukan kelenjar hypothalamus, yaitu kelenjar yang dikenal sebagai kelenjar untuk merangsang pertumbuhan pada saat remaja dan terletak di otak.
Selama masa remaja seluruh tubuh mengalami perubahan, baik dibagian luar maupun bagian dalam tubuh, baik dalam struktur tubuh maupun dalam fungsinya. Hampir semua perubahan mengikuti waktu yang dapat diperkirakan sebelumnya. Apabila sistem endokrin berfungsi normal, ukuran tubuh akan normal pula. Sebaliknya juga, kekurangan hormone pertumbuhan akan menyebabkan kerdil, sedangkan kelebihan hormon pertumbuhan akan menyebabkan ukuran tubuh terlalu besar sehingga tidak sesuai dengan anak sebayanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik adalah sebagai berikut.
1.    Pengaruh keluarga.
2.    Pengaruh gizi.
3.    Gangguan emosional.
4.    Jenis kelamin.
5.    Status sosial ekonomi.
6.    Kesehatan.
7.    Pengaruh bentuk tubuh.

2.3 Perkembangan Sosial Pada Remaja
Menurut (Dr.H.Syamsu Yusuf LN., M.Pd.:122) Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi; melebur diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Pada masa remaja, anak mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan. Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan sangat penting, tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup
Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Remaja sering mengalami sikap hubungan sosial yang tertuutup sehubungan dengan masalah yang dialaminya. Menurut “Erick Erison” Bahwa masa remaja terjadi masa krisis, masa pencarian jati diri. Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural. Sedangkan menurut Freud, Kehidupan sosial remaja didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual.
Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok – kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil. Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh bebrapa faktor diantaranya : keluarga,kematangan anak,status sosial ekonomi keluarga,tingkat pendidikan,dan kemampuan mental terutama emosi dan intelegensi.
Remaja mulai memperhatikan berbagai nilai dan norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku di keluarganya. Ia mulai memahami nilai dan norma pergaulan dalam kelompok remaja, kelompok anak-anak, kolompok orang dewasa, dan kelompok orangtua. Pergaulan dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan sangat penting, tetapi tidak mudah untuk dilakukan. Kehidupan sosial pada jenjang usia remaja ditandai oleh menonjolnya fungsi intelektual dan emosional.
Perkembangan Sosial dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain keluarga, status sosial ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental, terutama emosi dan intelegensi.
a.     Faktor keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang memberikan banyak pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan sosial anak. Keluarga merupakan media sosialisasi yang paling efektif bagi anak. Dalam keluarga berlaku nilai dan norma kehidupan yang harus diikuti dan dipatuhi oleh anak. Sikap orangtua yang terlalu mengekang dan membatasi pergaulan akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial bagi anak-anaknya.Sebaliknya, sikap orangtua yang terlalu memberikan kebebasan bergaul pada anak- anaknya menyebabkan perkembangan sosial anak- anaknya cenderung tidak terkendali.
b.    Kematangan
Proses sosialisasi tentu saja memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk memberi dan menerima pandangan atau pendapat orang lain diperlukan kematangan intelektual dan emosional. Selain itu, kematangan mental dan kemampuan berbahasa ikut pula menentukan keberhasilan seseorang dalam berhubungan sosial.
c.     Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial dipengaruhi pula oleh kondisi atau status sosial ekonomi keluarga. Masyarakat akan memandang seorang anak dalam konteksnya yang utuh dengan keluarga anak itu. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan memperlihatkan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.Ia akan menjaga status sosial dan ekonomi keluarganya. Hal itu mengakibatkan anak akan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Kondisi demikian bisa berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi terisolasi dari kelompoknya. Akibat lain yang mungkin terjadi, anak- anak dari keluarga kaya akan membentuk kelompok elit dengan nilai dan norma sendiri.
d.    Pendidikan
Pendidikan merupakan media sosialisasi yang terarah bagi anak. Sebagai proses pengoperan ilmu yang normatif, pendidikan akan memberi warna terhadap kehidupan sosial anak dimasa yang akan datang. Pendidikan moral diajarkan secara terpogram dengan tujuan untuk membentuk kepribadian anak agar mereka memiliki tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Oleh karena  itu, siswa bukan saja dikenalkan dan ditanamkan nilai dan norma keluarga dan masyarakat, tetapi ditanamkan juga nilai dan norma kehidupan bangsa dan negara.
e.     Kapasitas mental: emosidan intelegensi
Kapasitas emosi dan kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, berbahasa, dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan kehidupan di masyarakat. Perkembangan emosi dan intelegensi berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi dan memiliki emosi yang stabil akan mampu memecahkan berbagai permasalahan hidupnya di masyarakat. Oleh karena itu, kemampuan intelektual yang tinggi, pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan ini akan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.

Perkembangan Bahasa Pada Remaja
     Bahasa merupakan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. Penggunaan aspek kebahasaan dalam proses pembelajaran sering berhubungan satu sama lainnya. Menyimak dan membaca erat hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk mengekspresikan makna (Tarigan, 1986:10).
Perkembangan bahasa seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini.
1.    Faktor umur
2.    Faktor kondisi lingkungan
3.    Faktor kecerdasan
4.    Status sosial ekonomi keluarga
5.    Faktor kondisi fisik
Tingkat kemampuan berpikir sangat berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa. Demikian pula sebaliknya. Orang yang kemampuan berpikirnya rendah akan mengalami kesulitan dalam menyusun kata-kata atau kalimat yang baik, logis, dan sistematis. Hal ini tentu saja akan menyulitkan mereka dalam berkomunikasi. Orang menyampaikan ide atau gagasannya menggunakan bahasa. Demikian pula menangkap ide atau gagasan orang lain dilakukan melalui bahasa.
Menyampaikan dan menangkap makna ide dan gagasan merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat kekaburan persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah hasil proses berpikir menjadi tidak tepat. Ketidaktepatan ini diakibatkan oleh kekurangan dalam berbahasa.

Perkembangan Emosi Pada Remaja
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan “ setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam), (dalam Syamsu Yusuf 2011: 115).
Menurut James & Lange, bahwa emosi itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis itu karena sedih, tertawa itu karena gembira. Sedangkan menurut Lindsley bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak, misalnya apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi.
Jadi, emosi adalah ungkapan/luapan perasaan yang timbul karena adanya stimulus dari dalam diri maupun dari luar/lingkungan seperti marah, senang, sedih dan lain-lain.
Sejumlah penelitian tentang emosi menunjukkan bahwa perkembangan emosi remaja sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960:266). Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan emosi remaja. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain sebagai berikut.
1.    Belajar dengan coba-coba
2.    Belajar dengan cara meniru
3.    Belajar dengan cara mempersamakan diri
4.    Belajar melalui pengondisian
5.    Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan